WartaNiaga.ID – Menanti Pucuk Emas dari Pisang Lampung, merupakan judul artikel opini yang ditulis oleh Mahendra Utama.
Menanti Pucuk Emas dari Pisang Lampung
Oleh: Mahendra Utama*
Saatnya Menuju Hilirisasi Bernilai Tinggi
Lampung yang diberkati bumi subur dan sinar mentari petang telah lama mengukir cerita manis melalui hamparan kebun pisang.
Tahun 2023 mencatat tonggak penting: produksi melonjak menjadi 1,32 juta ton, menjadikan Lampung urutan kedua produsen pisang nasional. Ini bukan sekadar angka—ini panggilan untuk berkarya lebih maju.
Namun, seiring produksi yang terus bertambah, muncul pertanyaan mendasar: apakah kita hanya menanti panen, tanpa merajut masa depan? Jawabnya terletak pada hilirisasi kreatif dan strategis yang telah mulai bertunas di bumi Ruwa Jurai.
Kebanggaan dari Akar Budaya
Dari salimpok bungking hingga geguduh dan bebay maghing, tradisi kuliner pisang mengalir dalam darah masyarakat Lampung.
Ketika kata ‘kekinian’ bukan lagi musuhnya, justru menjadi mitra: seperti pie pisang modern ala Yussy Asih yang menggugah selera anak muda, dan upaya kreatif mencipta tepung pisang untuk kue-kue bernilai tambah.
Bahkan, UMKM “Njik Njik” dari Bakauheni menunjukkan bahwa inovasi, kolaborasi, dan pendampingan—dalam hal ini dari BRI—bisa mengubah usaha kecil menjadi produk favorit di ibu kota. Omzet puluhan juta rupiah per bulan bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang menginspirasi.
Perlu Sinergi Lintas Sektor
Peran pemerintah daerah harus lebih dari sekadar mencatat angka produksi. Pelestarian dan pemasaran kuliner tradisi membutuhkan dukungan regulasi, fasilitasi, dan branding yang kuat.
Sementara itu, lembaga keuangan seperti BRI sudah menunjukkan bahwa pendampingan finansial dan akses pasar terbukti ampuh mengangkat derajat UMKM.
Seperti disampaikan Muhammad Candra Utama, SEVP Ultra Mikro BRI: “Kami berkomitmen untuk terus mendukung produk-produk unggulan ini agar penjualan dan jangkauan pasarnya semakin meluas.” Komitmen semacam ini perlu ditiru dan diperluas oleh stakeholder lainnya.
Para Penggiat Pisang Lampung—Ini Waktunya
Untuk pelaku usaha, ini panggilan melakukan diversifikasi: dari pie pisang, keripik inovatif, hingga eksplorasi tepung pisang. Bagi pemerintah, ini sinyal untuk memetakan koridor hilirisasi: sentra produksi, branding daerah, akses pasar digital, dan sertifikasi mutu.
Bagi lembaga pemberi dana, terus perluas fasilitasi pelatihan produksi berskala dan pemasaran yang berkelanjutan.
Data BPS menunjukkan Lampung Selatan dan Pesawaran menjadi tulang punggung produksi dengan kontribusi hampir 8,6 juta kuintal per tahun. Potensi besar ini harus diimbangi dengan infrastruktur pengolahan yang memadai dan rantai nilai yang terintegrasi.
Pisang Bukan Sekadar Komoditas
Saatnya, pisang Lampung tak lagi sebatas diekspor sebagai bahan mentah. Dengan hilirisasi kreatif dan strategi kolaboratif, Lampung bisa menjadi poros ekonomi lokal yang modern dan berkelanjutan.
Dari salimpok bungking hingga tepung pisang, setiap karya kecil bisa tumbuh menjadi cerita besar—jika diberi sayap oleh tekad, inovasi, dan sinergi.
Visi ini bukan utopia. Ketika warisan budaya tak benda seperti salimpok bungking mulai diakui, ketika UMKM lokal menembus pasar Jakarta, dan ketika inovasi produk terus bermunculan, kita sedang menyaksikan transformasi ekonomi yang sesungguhnya.
Mari jadikan pisang Lampung bukan hanya unggul dalam produksi, tetapi juga inspiratif dan bernilai mendunia. Pucuk emas dari pisang Lampung menanti kita semua untuk memetiknya bersama-sama.
———————————————————————
*Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan












